Rabu, 14 November 2012

Sekejap


Disangka sepanjang jalan
Kiranya galah tiada sepadan
Karam ikrar di persimpangan
Amat mencekam
    Berdentang khilaf menikam
    Kiranya hanya selayak persinggahan
    Terbesit pula seuntai kebencian
    Yang tanpa kuasa merenggutnya dari kasih sayang
Hanya kehampaan diantara jejak perjuangan
Ketika sang malam mulai berkumandang
Didendangkanya guntur di kegelapan
Disajikanya halilintar di ulu penantian
    Kemusnahan yang melegenda
    Merubah cakrawala nampak berbeda
    Bagai tanpa sayap elang tinggi melayang
    Menghapus kelam yang telah silam.

Masih Miliknya

Di dalam sana masih dalam sungguh
Kemusnahan…menerbitkan sinar berlainan
Seiring melepaskan…melumpuhkan keyakinan
Dengan sayup mata mencoba terbuka
Namun segalanya berbeda dan berbeda
Di didik pada sebuah perjalanan
Dilahirkan  pada satu pengalaman
Dan berlalu pada gelap yang mencekam
Hanya pada yang sudah tiada
Yang didalam sana masih miliknya
Kini apa jadinya
Bilamana berkeliaran elang tanpa sayap
Hakikat membuat berimbang antar rasa dan kata
Karena getir sudah tertahan
Sedang pahit sudah tertelan


Sabtu, 03 November 2012

usai



Ini waktu telah senja
Disana diperaduan ia terbenam sudah
Dalam sepi menyayat menanti sisa tanpa pasti
Akhirnya bukan api membaur melambai
Namun dingin merobek mencabik hati
Separuh hampir perjalanan  sebuah dekade
Separuh sudah drama usai
Dan yang lain..masih memagut..masih terpaut…
Sudah salju melebur menggenang pula
hingga titik-titik Kristal mencairkan apa ia rasa
biar nanti kuselam dalam lautan duka
yang nyata berseberangan dengan ia.

Yang Sia-Sia


Yang sia-sia yang tiada makna
Menanti detak jantung memacu desir darah
Impikan paru terkembang menggengam nama
Pagi kudengar kicau sayu dari sekitar hilir grindulu
Kiranya angan melayang jauh pergi
Mimpi musnah walau segelintir nahkoda tlah menepi
Cerita pagi nan tiada elok namun pasti
Kerelaan…menapaki garis rawa berduri
kulirik binar matamu disana dimaghligai
kiranya waktu mengajarkan akan satu kerapuhan
kiranya waktu mengajarkan akan sebuah keridhoa’an.

Mimpi Pagi


Masih lekat ingat pada nasib burung
terbang bebas dan lepas
ketika tiada sangka  terbuka bibir jeruji  sangkar
pada pagi yang masih bugar
hinggap sedia hinggap diatap-atap
acap waktu mengepak sayap
kesini kesana bersama senyap
dibawahnya segelintir manusia mengoyak kerap
hingga capai dirasa tanpa buah dikata
pada tanah burung tertidur
dalam genggaman ia terkulai
tersisa raga tanpa lagi ada nyawa
keharuan hadir sekejap hati berbisik
ingatkah kau apa makna 13 pada 10??
Mengapa cepat pergi tanpa kembali?
Bagaimana sangkarmu siapa harus isi?
Secepat ini???
Ujung atap sajikan kepastian
Bagaimana pula indah tentu berhadap kemusnahan.

IBU




Ini detakmu
Dari waktu aku tertidur
Ini merah darahmu
dari kala pada dunia turut berbaur
ini nafasmu
dari detik udara ada hingga senja pula tiba
jangan!!!!
Jangan lenyapkan sinarmu!
itu nyawaku
Dan ini langkahku
Untukmu,
Ibu.

Sabtu, 27 Oktober 2012

Selam Kesilaman


Lantas apa sejarah pahit nyata berada
Sanggupkah hingga mangkat
Menyelam diseluruh detak lama
Sungguh hanya sebuah nafas silam
Ahhh….
Sudah tiada kuasa berangan satu dalam genggaman
Tiada mampu diambing diombak kenyataan
Hingga nanti mentari tertidur pada pangkuanya
Sang sinar entah siapa punya.