Kamis, 07 Februari 2013

Senja Selasa

Gigil kecap hari itu
Berhadap perang
Menerjang tali Alam

Padang juang
Decak merajalela
Likuk tajam hitam
Patah di paruh senja

Panggil aku Tinatar!!!
Jemput aku di hatimu
Guyur daku pada darahmu
Yang bermahkota hijau
Beristana tebing
Beralaskan debu

Sukma merduk menyala
Rasa merdangga mau dihantam
Namun medil telah di tangan
Sudah aku siap menapak awan

Di kalbumu tanpa bingar
Di nadimu lirih hingar..
Dan bila di batu-batu engkau tertawa
Jinjing serta ragaku
Bila memang kau jambat senja
Biar sampan menepi
Lalu pulang ke peluk mama
Di hatinya sudah beta berdiri

Urai Lamunan

Dalam simpang gurauan
Hanya senyum tergadai pada senyap
Bagai batuan hitam dimata gereja tinggi terbang
Beribu melayang tiada sedia hinggap

Dalam senja guruh alun menepi
Ramai tak pasti berdentang
Dan dibaluk rapuh karang terbengkalai
Masih pula menempa mimpi
Mengurai bekas gelap abadi

Sepi yang membeku
Menembus pilu
Dalam sukma bercorak
Menenteng asa masa untuk masa

Mencekam!!!
Hari pada ketika udara menebar
Jernih air mencemar
Dan awan suci memudar

Liku terjal untuk memijak
Laju juang hapuskan silam
Sinar nan penuh pikat
Tertutup apa? Kapan ada ?

Jajar Berbudaya

Sebelah kaca kau tatap aku
Nan baring diujung timur
Dari matahari muncul
Hingga raga terbujur

Darahku istimewa
Di gula istiadat bertahta
Budaya lebas kelapa
Pun merak hijau tua
Gegap gempita

Tahukah siapa beta?
Kami ini tiada lecak
Bahkan, Leak kami di sudut-sudut berada
Dan lebak disini, disana, dimana-mana
Kuasa yang Esa di Jajar berbudaya

Senin, 04 Februari 2013

Nyala Bara

Yang ada di pewatas senyap
Dalam bara kugadai cinta
mengurung tetesan embun di pagi buta
kelam...

Adapula ketika terbawa
hentak nurani mahu saja tanpa
namun jua bagaimana
dalam samudera karangpun ada

Sekali melangkah seribu gelisah
lama...sungguhlah lama...
kemudian kulantun harapan
jua nyata diatas cita bahwa..
udarapun sudah acap kugenggam

Api kian bertebar disekujur jiwa
langkah depan entah rabun digumpal asa
yang mana langit kugapai
lantas terjerembab dalam bara

Aku tiada mengerti memang
sudahkah ini alur tergaris bagiku
yang harus dibuai kusam
dan terbenam dalam merah lautan

Wahai Penjaga malam
tersebutkah liku yang Engkau simpan
sepiku padamu kusampaikan
kuhaturkan sesal semenjak..
mata terbuka hingga renggang sukma berpulang.

Sebak Derai

Gag ada lagi kini kini tempatku membaringkan keluh itu..

Menyandarkan peluhku dari himpitan kehidupan..

Hanya bagai kerang kecil aku berpijak berpijak tanpa keteduhan...

Pelabuhan kecil yang dulu aku menancapkan jangkar cinta..

Hanya kini tersisa runtuhan derai kasih berbuih..

Bagai sebak genangan kristal air mata tiada terurai..

Namun jua bahagiamu bahagiaku pasti..

Meski sebak tersedak seringkali..

Sajak Sesal

Mengapa..
Samudera harus berbuih..
Disaat sayap alun menggapai..
Dikala lautan damai sepi..

Pula kah...
Harus timbul si buruk cula..
Ketika senggama badak di rumpun liat..
Membahana..